Sunday, February 18, 2007

TAMU ALLAH

AJARAN KEBAJIKAN

(bukan sekedar kebijakan)

TAMU ALLAH

Semua yang diciptakan Allah mudahnya kita sebut aja makhluk. Makhluk kita bagi menjadi tiga. Makhluk yang nyata, samar dan yang Ghaib (hanya Allah yang tahu).

Makhluk nyata adalah yang awam, orang bilang ordinary creature (makhluk panca indra atau natural), makhluk samar adalah yang tak nyata namun bias diketahui keberadaannya dengan ilmu (makhluk supranatural) dan makhluk Ghaib tetap hanya Allah yang tahu (Wallahu Alam).

Memulyakan tamu adalah wajib hukumnya secara hablumminanas atau dalam hubungan kita dengan makhluk lainnya.

Yang disebut dengan tamu Allah adalah semua makhluk yang singgah dalam benak kita, baik itu nampak (bisa diterima akal dengan nyata), samar (bias diterima akal orang-orang tertentu) dan Ghaib (tidak terdeteksi namun bersifat ADA).

Di sini kita tidak akan membahas bagaimana cara menerima dan melayani tamu-tamu Allah. Pengertian di atas hanya dimaksudkan untuk mengingatkan kembali, bahwa selain jati diri yang secara lahiriah dan spiritual selalu kita bawa, disekeliling kita semuanya adalah tamu-tamu Allah.

Bahwa perbedaan antara ada-dan tidaknya tamu-tamu Allah bias kita sebut dengan derajat ke-khusyukan.

Bahwa derajat atau tingkat kekhusyukan makhluk sangat tergantung pada berapa banyak jumlah makhluk lain (the others) yang merentang antara kita dengan Sang Pencipta.

Menurut kabar untuk orang-orang yang beriman, manusia diciptakan oleh Allah, sehingga seorang insan bertanggung jawab penuh atas kehidupannya kepada penciptanya. Bagi orang-orang yang bertaqwa, Adam diturunkan ke dunia bukanlah sebagai kutukan atau hukuman, melainkan untuk menjalankan amanah sebagai khalifah Allah di dunia. Adam diturunkan tidak sekedar di bumi, melainkan di dunia. Perbedaannya terletak pada hakikat penciptaan Allah di Al QUR’AN dimana Allah menciptakan Alam beserta isinya yang terkadang dalam pengajian disebut dunia dan akherat. Adam adalah symbol manusia di akherat yang diberi akal dan diciptakan untuk menerima wahyu melalui akal tersebut. Penerimaan wahyu tersebut berupa ilmu untuk mengetahui makna segala hal di dunia sebagai bekal bahwa kelak Adam memang diciptakan bukan untuk memelihara akherat melainkan memelihara dunia.

Rumor akan Dosa Asal yang dibuat Adam setelah adanya Hawa hanyalah pengertian mengenai pemahaman akan makna dosa dunia. Saat Adam telah selesai memahami akan dosa terendah didunia yaitu nafsu, maka diturunkanlah derajatnya dari manusia akherat ke derajat manusia dunia. Makna diturunkan disini bukan berarti penurunan derajat kekhusyukan jaraknya dengan Allah, melainkan diturunkan dalam arti dari tempat yang sangat tinggi (AT_TIN) ke tempat di mana dia harus menyebarkan wahyu Illahi. Bedanya, di akherat Adam dapat langsung berkomunikasi dengan Allah, sedang di dunia Adam berkomunikasi dengan memelihara Hawa sebagai jembatan kekhusyukan tak langsung kepada Allah. Hawa dalam pengertian hakikat adalah makhluk lain selain Adam. Sedang Adam adalah perwujudan jenis manusia tanpa mengenal jenis kelamin. Pengertian Adam sebagai laki-laki karena adanya pemahaman bahwa laki-laki selalu menggunakan akal atau pikiran sedang Hawa sebagai wanita atau perempuan karena selalu menggunakan hati atau perasaan. Pengertian jenis kelamin Adam dan Hawa sebagai dua manusia berlainan jenis kelamin adalah untuk memudahkan pengajaran ilmu AL-QUR’AN yang diturunkan sebagai wahyu. Di dalam bahasa wahyu yang digunakan adalah makna tersurat dan tersirat, yang mana keduanya memiliki kekuata bila dijalankan dengan benar, hanya kahsiat atau hasil dari ejawantah AL-QUR’An sangat tergantung dari makna tersurat atau tersirat yang dijalankan. Bila yang disosialisasikan adalah makna tersurat maka yang makhluk dapatkan adalah bersifat duniawi, sedang bila yang disosialisasikan adalah makna tersirat maka yang makhluk dapatkan adalah bersifat dunia-akherat, hal ini termaktub juga dalam AL-QUR’AN.

HATI DAN AKAL

Tamu Allah adalah jodoh kita di dunia. Melayani dengan baik tamu Allah berarti memelihara jodoh kita di dunia. Yang menentukan jodoh adalah Allah. Allah yang mempertemukan dan menikahkan jodoh kita yang berupa alam beserta isinya, tak hanya yang berskala kecil seperti jodoh harta, jodoh kekasih, jodoh segala pemikiran dan masalah yang datang, melainkan seluruh komunita alam semesta di sekeliling kita, termasuk cuaca, warna, kenikmatan, ketentuan planet, pengetahuan dan semua yang menghablumminanas dengan kita disaat kapanpun dan di masa apapun.

Tamu allah datang setiap saat, namun yang jelas beranda dan ruang tamu kita adalah hati. Saat di beranda, akal akan menyambutnya. Bila berkenan, akal akan mempersilakan sang tamu masuk ke dalam ruang tamu.

Kabijakan akal dalam mempersilakan sang tamu masuk sangat bergantung dengan kondisi akal akan bekal ilmu yang dimilikinya. Namun yang jelas, setelah sang tamu masuk, pikiran yang akan mengajaknya berbicara. Tamu yang hadir selalu baik untuk kita, karena datangnya dari Allah dan itu adalah jodoh kita pada saat itu.

Namun adakalanya ‘para tamu’ itu tidak hadir dalam wujud aslinya, di kalangan modern, tamu2 seperti itu dapat kita sebut tamu ber’topeng’. Bagai di alam nyata, para tamu itu dating dengan berbagai wujud, alas an maupun baju-baju penutup. Tamu2 ‘tak jujur’ tersebut hanya dapat dikenali wujud aslinya dengan iman yang lebih tinggi atau pengalaman hidup yg berkualitas yg kita sebut ilmu.

No comments: